Kepingan Mimpi dan Rasa Sakit

Aku mengembuskan napas kecewa. Bahuku melorot begitu saja. Terasa begitu berat beban yang kubawa selama ini tak membuahkan hasil yang kuinginkan. Kepalaku tertunduk lemas. Airmataku jatuh begitu saja tanpa bisa aku cegah. Satu. Satu. Semakin deras. Isakan yang semula tenang menjadi kencang. Kedua bahuku bergetar. Jantungku berdebar hebat.

Tak ada namaku di sana.

Tak kutemukan namaku di barisan hijau. Padahal tak pernah aku panjatkan penolakan, atau lebih parahnya penyesalan. Aku kalah bahkan sebelum dimulai. Dipaksa mundur teratur padahal hanya satu langkah lagi mimpiku tergapai.

Rasanya begitu sesak mengingat bagaimana mimpi di bangun tinggi-tinggi. Malam yang dijadikan untuk terjaga mengerjakan algoritma yang terlampau sulit. Pagi yang dijadikan sebagai awal dengan tugas bahasa yang berlembar-lembar. Siang yang terasa begitu terik untuk mengerjakan bahasa asing dengan kamus-kamus tebal. Lalu petang yang terlampau jenuh dijadikan sebagai bahasan sejarah yang terasa memuakkan.

Perjuangan-perjuangan itu, rasa lelah itu, rasa kantuk itu, tak ada bayaran. Nilaiku tak ada yang merah, namun di pertengahan jalan aku dipaksa menyerah. Sepanjang hari aku habiskan untuk belajar, belajar, belajar, lagi, dan lagi, dan lagi. Lalu apa yang aku dapat?

Tak ada!

Masuk lima besar punya peluang masuk negeri! Tapi mimpiku terpaksa mati. Ternyata jarak mampu menjadi senjata paling kejam dalam membunuh mimpi.

Aku hanya bisa mengais tangis dan penyesalan ketika kulihat temanku berada di barisan hijau. Namanya tertera di kertas pengumuman itu.

Ah, andai.

Andai waktu itu tak menyerah. Andai aku tak terkalahkan oleh jarak. Andai aku bersikap lebih egois. Andai aku tak mementingkan orang lain. Mungkin aku yang ada di sana. Mungkin namaku yang akan tercantum. Mungkin aku tak akan merasakan sesakit ini.

Sungguh, demi Tuhan. Sakit sekali. Mimpiku terasa hancur. Seperti tak ada lagi harapan. Mati-matian telah aku usahakan, mati-matian pula harus aku relakan.

Andai.

Andai saat itu aku bersikap egois.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petang dan Yang Tak Pernah Pulang

Dikebumikan

Selamat Ulang Tahun