Selamat Ulang Tahun

Pada satu hari baik, ia lahir ke dunia yang warnanya abu-abu. Diberi nama Amanda, yang katanya pantas disayangi. Di dunia yang abu, Amanda sudah diajarkan meraba sejak ia kecil. Merasakan lembut dan kasarnya kehidupan, serta para manusia-manusianya.

Seiring beranjak dewasa, Amanda mulai mengenali banyak warna yang ternyata tak hanya abu-abu saja. Terkadang ia temui biru dirasa hangat dan tenang sebuah tubuh, terkadang ia temui merah di antara yang meletup hebat sebagai ambisi, terkadang ia temui kuning di sebuah senyum yang merekah tetapi terkadang juga di sebuah tiang-tiang jalanan yang melambangkan duka, terkadang juga ia temui hitam sebagai ruam yang telanjur kelam di sebuah binar yang padam. Ada banyak warna yang menghampirinya, dan mengajarkannya bahwa hidup bukan tentang berjalan lurus saja di satu warna, tapi tentang bagaimana hidup berjalan lurus dengan makna di setiap warna yang berbeda.

Begitupun dengan manusia, ia temukan banyak rupa. Terkadang ada yang menggeliat kesal, mengutuk hidup, tapi bersikukuh tak mau menyerah. Terkadang ada yang berpasrah seperti air mengikuti kemana saja takdir membawanya mengalir. Terkadang ada yang tak kuasa dengan takdir sang Maha Kuasa dan memutuskan tiada. Terkadang pula ada yang memilih menghancurkan hidup oranglain untuk kehidupannya sendiri.

Sudah banyak yang ia temui, tetapi tak akan pernah menjadi cukup untuknya berhenti melanjuti hidup. 

Jari jemarinya yang mungil, kini sudah mampu menggenggam banyak mimpi. Kakinya yang kecil, kini sudah mampu berjalan dan menciptakan cerita di setiap pijakan. Sembilan belas tahun Amanda mengukir cerita, di sebuah rumah yang senantiasa menyaksikannya tumbuh dewasa.

Ia sudah merasakan satu persatu dari berbagai macam perasaan dari dan untuk setiap manusia. Ia mengenal kerutan-kerutan dan rahang yang mengeras ketika mereka marah. Ia mengenal kantung mata yang sembab dengan hidung merah ketika mereka menangis. Ia mengenal redup di sepasang netra ketika mereka merasa hampa. Ia mengenal gerak tubuh gelisah ketika mereka menyembunyikan yang tak seharusnya. 

Ia juga mengenal tentang datang dan pergi, pulang dan hilang.

Selama ia hidup, ibunya mengajarkan perihal memaafkan dan mengikhlaskan, disaat satu sisi ayahnya mengajarkan perihal kepergian dan kehilangan. Dari keduanya, Amanda tahu bahwa ia hanya perlu memberi maaf dan mengikhlaskan untuk sebuah kepergian.

Lalu, seiring berjalannya waktu, datang-pergi tak lagi menjadi permasalahan. Ia menerima dengan lapang dada, karena ia sadar hidup bukan perihal mengheningkan duka, tetapi juga merayakan bahagia.

Dan, saat ini seharusnya ia tengah merayakannya, karena tepat ditanggal yang sama dengan pertama kali ia terlahir, Amanda menginjak usia yang baru dan tentunya kisah baru yang sudah menunggu.

Selamat ulang tahun, Amanda. 

Terima kasih sudah tumbuh bersama, setelah dua tahun lalu kau hampir memutuskan tiada. Aku tahu tak akan ada yang mampu menghentikan langkahmu, tak akan ada yang bisa membuatmu menyerah sebelum Tuhan yang mengatakan cukup.

Teruskan mengukir cerita hingga waktumu fana dan oranglain yang akan membacanya.

Yang terbaik untukmu.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petang dan Yang Tak Pernah Pulang

Dikebumikan