Badut dan Sebuah Atraksi
Jemari itu dengan gemulai menari-nari di permukaan wajah dengan sebuah kuas seukuran jari tengahnya. Ia ukir sebuah garis panjang berwarna merah yang menyerupai sebuah senyuman yang melewati sudut-sudut bibirnya. Ia biarkan merah yang pekat itu menutupi memarnya. Lalu, ia campurkan warna merah dengan sedikit warna hitam agar terlihat lebih pekat dari sebelumnya. Dibuatnya lingkaran dengan tangan yang gemetar di sekitar kelopak matanya. Kemudian ia raih sebuah bola plastik berukuran kecil dengan warna yang serupa dengan bibirnya, lalu ia pasangkan pada ujung runcing hidungnya. Satu hal tak boleh ia lupakan, ialah sebuah topi hitam dengan bagian atas yang memanjang. Di sana tempat segala hal yang tak terduga terjadi. Tempat sembunyi sebuah rasa sakit. Tubuh ringkih, tulang punggung yang bungkuk, bahu yang tak lagi tegap, kerutan di sudut-sudut matanya yang semakin terlihat jelas, kulit-kulit yang mulai mengendur. Di tatapnya pantulan cermin di hadapannya yang menampilkan seorang badut tu...